Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata , “Abu Bakar ash- Shiddiq wafat pada hari senin di malam hari, ada yang
mengatakan bahwa Abu Bakar wafat setelah Maghrib
(malam selasa) dan dikebumikan pada malam itu juga
yaitu tepatnya 8 hari sebelum berakhirnya bulan
Jumadil Akhir tahun 13 H, setelah beliau mengalami
sakit selama 15 hari. Pada waktu itu Umar menggantikan posisinya sebagai imam kaum muslimin
dalam shalat. Ketika sakit beliau menuliskan wasiatnya
agar tampuk pemerintahan kelak diberikan kepada
Umar bin al-Khaththab, dan yang menjadi juru tulis
waktu itu adalah Utsman bin Affan, Setelah surat selesai
segera dibacakan kepada segenap kaum muslimin, dan mereka menerimanya dengan segala kepatuhan dan
ketundukan.
Masa kekhalifahannya berjalan selama 2 tahun 3
bulan , dan beliau wafat pada usia 63 tahunpersis dengan usia Nabi ﻪﻴﻠﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻢﻠﺳﻭ, akhirnya Allah mengumpulkan jasad mereka
dalam satu tanah, sebagaimana Allah mengumpulkan
mereka dalam kehidupan.
Sebelum wafat beliau telah mewasiatkan agar
seperlima dari hartanya disedekahkan sembari berkata,
“Aku akan menyedekahkan hartaku sejumlah yang
Allah ambil dari harta fai’ kaum muslimin.
Ketika beliau dalam kondisi sekarat, ada yang berkata
kepadanya, “Maukah anda jika kami carikan seorang
dokter?” Maka spontan dia menjawab, “Dia telah
melihatku (maksudnya Allah) dan Dia berkata,
“Sesungguhnya Aku akan berbuat apa-apa yang
Kukehendaki”.
Disebutkan bahwa sebab beliau jatuh sakit dan wafat
bahwa beliau dan al-Harits -seorang dokter yang
masyhur- pernah memakan khazirah yang dihadiahkan kepada Abu Bakar, maka setelah memakan
daging itu berkata al-Harits, “Angkatlah tangan anda
wahai Khalifah Rasulullah, demi Allah sesungguhnya
daging ini telah beracun, maka Abu Bakar segera
mengangkat tangannya, sejak itu keduanya selalu
merasa sakit hingga akhirnya keduanya wafat satu tahun kemudian. Versi lain ada yang mengatakan bahwa sebab wafatnya
beliau karena mandi pada waktu musim dingin yang
bersangatan, yang membuat beliau demam lalu wafat
karena itu.
Dalam keadaan sakit beliau melantunkan sebuah bait
syair,
Engkau selalu memberikan kabar duka cita atas
kematian kekasihmu
Hingga kini engkaulah yang akan merasakan kematian
itu
Banyak orang memiliki cita-cita Namun kematian jualah yang menghadang
segalanya
Ketika sakaratul maut pertanda ajal yang akan
menjemputnya datang, putrinya ‘Aisyah -Ummul
mukminin- membacakan sebuah bait syair,
Ketika sakaratul maut pertanda ajal yang akan
menjemputnya datang, putrinya ‘Aisyah -Ummul
mukminin- membacakan sebuah bait syair, Sesungguhnya tidak guna kekayaan bagi seseorang Ketika dada terasa sempit dan susah bernafas Mendengar itu beliau memandang kepada ‘Aisyah
ﺎﻬﻨﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻲﺿﺭ seolah-olah marah dan berkata, “Jangan katakan demikian wahai Ummul
mukminin, namun katakan,
ِّ” Dan datanglah sakaratul maut yang sebenar-
benarnya. Itulah yang kamu selalu lari dari
padanya.” (Qaf: 19).
Di antara wasiat beliau kepada ‘Aisyah, Aku tidak
meninggalkan harta untuk kalian kecuali hewan yang
sedang hamil, serta budak yang selalu membantu kita
untuk membuat pedang kaum muslimin, karena itu jika
aku wafat tolong berikan seluruhnya kepada Umar.
Ketika ‘Aisyah menunaikan wasiat itu kepada Umar maka Umar berkata, “Semoga Allah merahmati Abu
Bakar, sesungguhnya dia telah membuat kesulitan
(untuk mengikutinya) bagi orang-orang yang menjadi
khalifah setelahnya.
Ketika Salman al-Farisi datang menjenguknya, Salman
berkata, “Wahai Khalifah Rasulullah ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ berikan aku wasiat, sebab kulihat engkau tidak akan dapat lagi melakukannya setelah hari
ini.” Maka Abu Bakar menjawab, wahai Salman, pasti
akan terjadi penaklukan (negeri-negeri kafir) tapi aku
tidak pernah mengetahui apa-apa yang engkau peroleh
dari bagianmu kecuali apa-apa yang dapat engkau
makan dan engkau masukkan ke dalam perutmu, atau apa-apa yang dapat kau kenakan di atas punggungmu
(pakaianmu), dan ketahuilah sesungguhnya barangsiapa
yang mengerjakan shalat lima waktu, maka dia telah
berada dalam lindungan Allah pada pagi hari maupun
sore harinya, dan jangan sampai engkau membunuh
seorang ahli dzimmah, maka kelak Allah pasti akan menuntutmu di hari kiamat dan mencampakkan dirimu
dalam keadaan tersungkur dengan wajahmu ke dalam
neraka.
Ibn Sa’ad menyebutkan dengan sanadnya dari al-
Qashim bin Muhammad dia berkata, “Abu Bakar
dikafankan dalam dua kain, kain yang berwarna putih,
dan satu lagi berwarna lain, beliau berpesan,
‘Sesungguhnya orang yang masih hidup lebih
membutuhkan kain dari orang yang telah mati, sebab kain kafan hanyalah menutup apa-apa yang akan keluar
dari hidung maupun mulutnya’.”
Beliau dimakamkan bersama Rasulullah ﻰﻠﺻ
ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﻪﻠﻟﺍ dalam kamar (‘Aisyah) dan beliau dishalatkan oleh Umar bin al-
Khaththab r.a
Beliaulah yang pertama kali diangkat oleh Rasulullah s.a.w sebagai amir dalam pelaksanaan ibadah haji pertama dalam Islam
yaitu pada tahun 9 H, dan pada tahun berikutnya
Rasulullah s.a.w baru melaksanakan ibadah haji Wada’. Ketika beliau
diangkat menjadi khalifah, beliau memerintahkan Umar
untuk menjadi amir haji pada tahun 11 H, dan tahun
berikutnya barulah beliau berangkat haji.
_____________________________
Al-Bidayah wan Nihayah, 7/18. Thabaqat Ibnu Sa’ad, 3/202, Tarikh ath-Thabari, 3/420. Lihat Thabaqat Ibnu Sa’ad, 3/202, Tarikh ath- Thabari/3/420 dan dia menambahkan masa
kekhalifahannya lebih sepuluh hari, adapun Ibnu Katsir
menghapuskan hitungan malam hari, dan Ibnu Sa’ad
ada juga menyebutkan pendapat lainnya. Ibnu Sa’ad, dan ini disepakati 3/202. Thabaqat Ibnu Sa’ad, 3/194. Ibid, 3/198. Yaitu daging yang telah lewat satu hari, yang dicampur dengan tepung setelah dimasak . (Al-Lisan,
4/237). Ath-Thabaqat al-Kubra, 3/198. Ibid Ibid, 3/192 dengan sanad yang shahih. 46 Ibid, 3/193 dengan sanad la ba’sa bihi (tidak
mengapa) 47 Ibid, 3/204 dengan sanad yang shahih. Dan dia
menyebutkan riwayat lain seputar masalah ini 48 Ibid, 3/177.
Disalin dari :
Judul Asli: Tartib wa Tahdzib Kitab al-Bidayah wan
Nihayah
Penulis: al-Imam al-Hafizh Ibnu Katsir Pennyusun: Dr.Muhammad bin Shamil as-Sulami
Penerbit: Dar al-Wathan, Riyadh KSA. Cet.I (1422 H./2002
M)
Edisi Indonesia: Al-Bidayah wan-Nihayah Masa
Khulafa’ur Rasyidin
Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari Muraja’ah: Ahmad Amin Sjihab, Lc
Penerbit: Darul Haq, Cetakan I (Pertama) Dzulhijjah 1424
H/ Pebruari 2004 M.
Sabtu, 26 Oktober 2013
Label:Shiroh Sahabat
0 komentar: